Segaris.co
Selasa, 17 Juni 2025
No Result
View All Result
No Result
View All Result
  • PENDIDIKAN
  • KESEHATAN
  • PROFIL
  • News
  • SEREMONI
  • Kolom
  • Buah Pikir
Segaris.co
No Result
View All Result
Segaris.co
No Result
View All Result
  • PENDIDIKAN
  • KESEHATAN
  • PROFIL
  • News
  • SEREMONI
  • Kolom
  • Buah Pikir
Home Kolom

Politik itu barang paling kotor dan akrobatik

Ingot Simangunsong by Ingot Simangunsong
1 September 2024 | 19:18 WIB
in Kolom

catatan | ingot simangunsong

SOE Hok Gie, seorang aktivis muda keturunan Tionghoa – Indonesia, pernah dengan tegas menyatakan bahwa politik adalah “barang paling kotor.”

Menurutnya, politik dipenuhi oleh lumpur-lumpur kotor yang sulit dihindari. Namun, Gie juga memahami bahwa ada saatnya seseorang tidak bisa menghindari politik dan harus terjun ke dalamnya, meski dengan segala risikonya.

Dilahirkan pada 17 Desember 1942, Gie dikenal sebagai salah satu kritikus tajam terhadap rezim Presiden Soekarno dan Soeharto.

Sebagai mahasiswa jurusan Sejarah di Fakultas Sastra, Universitas Indonesia, ia tidak hanya menentang kekuasaan yang otoriter, tetapi juga mengecam rekan-rekan mahasiswa yang mulai terlibat dalam politik praktis.

Dalam salah satu tulisannya, ia mengingatkan, “Bergabunglah dengan partai politik kalau mau berpolitik, jangan mencatut nama mahasiswa,” ungkapan yang ia tulis dalam karya berjudul “Setelah Tiga Tahun,” yang termasuk dalam kumpulan tulisan Zaman Peralihan.

Di samping aktivitasnya sebagai aktivis, Gie juga dikenal sebagai pecinta alam dan pendaki gunung yang sangat mencintai keindahan alam.

Hobi mendaki ini, seperti yang diungkapkan dalam tesis John R. Maxwell berjudul “Soe Hok Gie: A Biography of a Young Indonesian Intellectual,” kemudian menjadi cikal bakal berdirinya organisasi Mahasiswa Pecinta Alam Universitas Indonesia (Mapala UI).

Namun, hobi mendakinya itu pula yang membawa Gie pada akhir tragis hidupnya.

Pada 16 Desember 1969, sehari sebelum ulang tahunnya yang ke-27, Gie meninggal dunia di puncak Gunung Semeru, Jawa Timur.

Kematian ini diduga akibat menghirup gas beracun, mengakhiri perjuangan dan idealismenya yang tak pernah padam.

Pasca gagalnya Herry Chandra, Reformasi PDIP Sumut dan Simalungun

Dunia Politik: Antara risiko dan harapan

Panggung politik Indonesia saat ini tak ubahnya seperti arena akrobatik yang penuh risiko, menciptakan perasaan tegang bagi siapa pun yang terlibat.

Di media sosial, kita sering melihat orang-orang saling mencaci, menuduh, bahkan menyebarkan hoaks sebagai kebiasaan sehari-hari.

Praktik semacam ini juga tampak dalam acara talkshow di berbagai stasiun televisi nasional yang kerap menghadirkan para elit politik.

Fenomena ini mencerminkan betapa politik semakin menjauh dari esensinya sebagai sarana untuk mengabdi kepada kemanusiaan.

Alih-alih menjadi wadah untuk mewujudkan kebaikan bersama, politik seringkali digunakan untuk mengejar kekuasaan, bahkan jika itu berarti harus mengorbankan kemanusiaan.

Sebagaimana dikatakan oleh Aristoteles, politik seharusnya menjadi upaya bersama warga negara untuk mewujudkan kebaikan bersama, bukan malah memperburuk keadaan.

Meski demikian, kita tidak boleh pesimis terhadap politik atau apatis terhadap keadaan. Sejarah telah membuktikan bahwa politik juga bisa menjadi alat untuk kebaikan.

Tokoh-tokoh seperti Gandhi dari India dan Nelson Mandela dari Afrika Selatan mampu mengubah wajah politik yang kelam menjadi jalan untuk memperjuangkan kebaikan.

Di Indonesia, kita mengenal KH. Abdurrahman Wahid, atau Gus Dur, seorang politisi ulung yang kiprahnya tak diragukan lagi, terutama setelah runtuhnya rezim Orde Baru.

Gus Dur yang juga mendirikan sebuah partai politik, pada akhirnya menjadi Presiden Indonesia.

Ungkapannya yang terkenal, “Yang lebih penting dari politik adalah kemanusiaan,” sering diucapkannya dalam berbagai kesempatan.

Sebagai bapak bangsa, Gus Dur dikenal gigih memperjuangkan hak-hak kaum minoritas dan konsisten menentang segala bentuk penindasan.

Gus Dur adalah bukti nyata bahwa politik bisa dan seharusnya mengedepankan nilai-nilai kemanusiaan.

Semoga dengan mengingat tokoh-tokoh ini, kita tetap memupuk harapan bahwa politik bisa menjadi sarana untuk mewujudkan kebaikan dan keadilan bagi semua.

 

Penulis, INGOT SIMANGUNSONG, pimpinan redaksi Segaris.co

Tags: Gus DurLumpurPolitikSegariasegarisSegaris.coSoe Hok Gie
ShareTweetSendShareSharePinSend
ADVERTISEMENT

Berita Lainnya

Kolom

Mengenal Sindrom Stevens-Johnson: Penyakit langka yang bisa mengancam jiwa

by Ingot Simangunsong
5 Juni 2025 | 04:15 WIB
0

catatan | andreas bresman ms SINDROM Stevens-Johnson (SJS) adalah kondisi medis langka namun sangat serius yang menyerang kulit dan selaput...

Read more
Kolom

Berbudaya politik, politik berbudaya: dua arah menuju demokrasi sehat

by Ingot Simangunsong
28 Mei 2025 | 09:46 WIB
0

Oleh | ingot simangunsong DI tengah dinamika politik yang makin kompleks, dua istilah ini layak kita renungkan: berbudaya politik dan...

Read more
Kolom

Menata Suara di 2029 melalui JALUR MARSIADAPARI: gagasan Dasa M. Sinaga, SE

by Ingot Simangunsong
24 Mei 2025 | 22:31 WIB
0

Catatan | ingot simangunsong TAHUN politik 2029, akan menjadi momentum penting bagi seluruh rakyat Indonesia untuk menegaskan kembali arah demokrasi...

Read more
Kolom

TBC si penyakit “tiga huruf” bangkit lagi

by Ingot Simangunsong
16 Mei 2025 | 06:18 WIB
0

Catatan | ingot simangunsong TBC ... di Indonesia populer dengan sebutan penyakit "tiga huruf". Sudah berpuluhan tahun, penyakit ini tidak...

Read more
Kolom

GURU TIDAK TETAP, pengabdian dengan gaji minim tanpa tunjangan

by Ingot Simangunsong
1 Mei 2025 | 09:40 WIB
0

catatan | ingot simangunsong GURU Tidak Tetap (GTT) adalah guru yang belum berstatus Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan biasanya diangkat oleh...

Read more
Kolom

JURNALIS SAMPAH… memaknai sebagai kiasan

by Ingot Simangunsong
30 April 2025 | 09:10 WIB
0

catatan | ingot simangunsong JURNALIS dan sampah. Dua kata ini jika berdiri sendiri - sendiri, tidak memiliki hubunggan apa -...

Read more

Berita Terbaru

News

Anggota DPR minta pemerintah tinjau ulang penetapan empat pulau masuk wilayah Sumut

15 Juni 2025 | 09:47 WIB
News

Pematangsiantar Raih Peringkat 5 Kota Toleran, Wali Kota: Kerukunan umat beragama sudah mengakar sejak lama

13 Juni 2025 | 19:58 WIB
News

Wali Kota Pematangsiantar siap dukung Muktamar ke-49 Muhammadiyah dan Aisyiyah Tahun 2027

13 Juni 2025 | 18:45 WIB
News

Kementerian PUPR serahkan pengelolaan ementara IPLT senilai Rp11,7 miliar kepada Pemkab Samosir

13 Juni 2025 | 18:32 WIB
News

Wabup Samosir buka Bimtek implementasi SIPD RI di Tuktuk Siadong

13 Juni 2025 | 13:11 WIB
News

Bupati Samosir dan Kodam I/BB Rayakan HUT ke-75 dengan aksi bersih-bersih cceng gondok di Danau Toba

13 Juni 2025 | 08:48 WIB
News

DPRD Langkat Gelar RDP terkait keluhan SPMB 2025, Sekolah paparkan kuota dan mekanisme seleksi

13 Juni 2025 | 08:00 WIB
News

Pemkab Samosir gelar Rakor Penanganan Karhutla, tekankan pencegahan dan sinergi lintas sektor

12 Juni 2025 | 09:06 WIB
News

Pemkab Samosir Tuai Apresiasi dalam Rapat Koordinasi Ekonomi Kerakyatan Kawasan Danau Tobaf

11 Juni 2025 | 20:27 WIB
News

Pemkab Samosir terima hibah Rumah Susun RSUD Hadrianus Sinaga dari Kementerian PUPR

11 Juni 2025 | 09:05 WIB
News

DPRD Samosir serahkan rekomendasi atas LKPJ Bupati Tahun Anggaran 2024

11 Juni 2025 | 08:31 WIB
News

Peringati HUT ke-74 IBI dan Hari Bidan Internasional, Wali Kota Pematangsiantar ikuti Fun Walk bersama masyarakat

8 Juni 2025 | 15:17 WIB
  • Kebijakan Privasi
  • Kontak
  • Saran Pembaca
  • Syarat dan Ketentuan
  • Tentang Segaris.co

©2022-2024 Segaris.co

rotasi barak berita hari ini danau toba

No Result
View All Result
  • PENDIDIKAN
  • KESEHATAN
  • PROFIL
  • News
  • SEREMONI
  • Kolom
  • Buah Pikir

©2022-2024 Segaris.co

rotasi barak berita hari ini danau toba