Segaris.co
Minggu, 9 November 2025
No Result
View All Result
No Result
View All Result
  • PENDIDIKAN
  • KESEHATAN
  • PROFIL
  • News
  • SEREMONI
  • Kolom
  • Buah Pikir
Segaris.co
No Result
View All Result
Segaris.co
No Result
View All Result
  • PENDIDIKAN
  • KESEHATAN
  • PROFIL
  • News
  • SEREMONI
  • Kolom
  • Buah Pikir
Home Buah Pikir

Tabir Sejarah Pangururan: Pecah belah kaum adat Sitolu Hae Horbo di Era Kolonial

Ingot Simangunsong by Ingot Simangunsong
9 November 2025 | 16:11 WIB
in Buah Pikir
ADVERTISEMENT

Oleh | Hatoguan Sitanggang

UPAYA memecah kesatuan adat Sitolu Hae Horbo di Pangururan mulai muncul pada sekitar tahun 1920.

Pada masa itu, komunitas adat tersebut telah memiliki struktur pemerintahan tradisional (harajaon) dan sistem sosial yang kuat.

Salah satu tokoh yang disebut berperan dalam dinamika tersebut adalah H.M. Hutagalung, yang dikenal sebagai asisten demang kolonial Belanda di wilayah tersebut.

Melalui penyusunan ulang tarombo atau silsilah marga, Hutagalung dikaitkan dengan penyebaran narasi bahwa Raja Sitempang berasal dari wilayah Dairi dan termasuk dalam garis keturunan marga Munthe.

Klaim ini menimbulkan perdebatan panjang karena dinilai bertentangan dengan struktur genealogis Sitolu Hae Horbo yang telah diwariskan turun-temurun.

Polemik tersebut turut mempengaruhi stabilitas tatanan adat yang telah berlangsung selama berabad-abad dan masih menjadi perbincangan hingga kini.

Sejumlah catatan sejarah menunjukkan bahwa Sitolu Hae Horbo, yang terdiri dari marga Sitanggang, Naibaho, dan Simbolon, telah memiliki sistem Dalihan Natolu yang mapan jauh sebelum kedatangan kolonial Belanda.

Hingga saat ini tidak ditemukan wilayah adat di Pangururan yang dikenal sebagai Golat Munthe, yang dapat dijadikan dasar klaim hubungan genealogis dengan struktur marga induk di kawasan tersebut.

Ketiga marga itulah yang dikenal sebagai Raja Bius Pangururan, pusat pemerintahan adat di wilayah yang kini menjadi ibu kota Kabupaten Samosir.

Penelusuran sejarah menunjukkan adanya praktik politik pecah belah pada masa pemerintahan kolonial yang memengaruhi pola pikir sebagian masyarakat hingga era modern.

Narasi sejarah tertentu bahkan dijadikan bahan perdebatan dan olok-olok di ruang publik digital.

Selain itu, perlu dicatat bahwa berbagai wilayah yang kini dikategorikan sebagai tanah pemerintah (kaminte) pada dasarnya merupakan tanah adat masyarakat Pangururan.

Pembangunan Monumen Sitolu Hae Horbo oleh pemerintah pusat dapat dipandang sebagai bentuk pengakuan resmi atas eksistensi sistem sosial dan peradaban adat yang telah berkembang jauh sebelum kolonialisasi.

Pada periode kolonial, masyarakat lokal juga mengalami penderitaan akibat kerja paksa dalam pembangunan infrastruktur seperti Jalan Tele–Pangururan, Terusan Tano Ponggol, serta pengalihan aliran Sungai Binaga Sioto menuju Pea Raja.

Proyek yang berlangsung sejak awal 1900-an hingga dekade 1920 itu menelan banyak korban jiwa dan mengakibatkan hilangnya sejumlah perkampungan tua.

Kebijakan tersebut diikuti strategi memecah hubungan antarmarga yang berdampak panjang terhadap kohesi sosial masyarakat adat.

Penulis menilai pentingnya mengembalikan pemahaman sejarah secara utuh untuk mencegah terulangnya praktik adu domba dalam bentuk modern, termasuk melalui rekonstruksi tarombo yang tidak berdasar.

Sejarah, menurut penulis, seharusnya dijadikan landasan pembelajaran kolektif, bukan alat mempertajam perpecahan.

Catatan yang kerap disebut dalam diskusi publik menyebut bahwa H.M. Hutagalung, tokoh yang dikaitkan dengan dinamika tersebut, pernah menempati bangunan yang kini berfungsi sebagai rumah dinas Bupati Samosir dan diduga berperan dalam strategi kolonial memengaruhi struktur adat melalui legitimasi Dalihan Natolu dan penyusunan tarombo versi baru. [Bersambung]

Penulis, Hatoguan Sitanggang, adalah Raja Jolo Keturunan Raja Sitempang [Raja Jolo Anak tertua dari Garis keturunannya]

Tags: Era KolonialPecah belah kaum adatsegarisSegaris.coSitolu Hae HorboTabir Sejarah Pangururan
ShareTweetSendShareSharePinSend
ADVERTISEMENT

Berita Lainnya

Buah Pikir

Jejak Registrasi Bius di Pangururan: Warisan administrasi Belanda yang tinggalkan konflik tanah berlarut

by Ingot Simangunsong
9 November 2025 | 10:07 WIB
0

Oleh | Hatoguan Sitanggang PROSES registrasi 147 bius yang dilakukan Asisten Demang W.M. Hutagalung di Samosir pada 1904–1905 membawa dampak...

Read more
Buah Pikir

Samosir dalam Arus Sejarah Kelam: Perbudakan, Rodi, dan Perlawanan Rakyat Batak

by Ingot Simangunsong
8 November 2025 | 10:40 WIB
0

Oleh | Hatoguan Sitanggang PADA awal abad ke-19, wilayah Tapanuli Raya, termasuk Samosir dengan pusatnya di Pangururan, berada dalam situasi...

Read more
DR. Iskandar Muda Hasibuan
Buah Pikir

Majelis Adat Aceh dan Masa Depan Otonomi Kultural: Meneguhkan Fondasi Perdamaian Melalui Kearifan Lokal

by Ingot Simangunsong
7 November 2025 | 07:54 WIB
0

Oleh | DR. Iskandar Muda Hasibuan   ABSTRAK MAJELIS Adat Aceh (MAA) merupakan institusi adat yang diakui secara hukum melalui...

Read more
Buah Pikir

#savehakimkhamozaro

by Ingot Simangunsong
5 November 2025 | 19:37 WIB
0

Oleh | Sutrisno Pangaribuan TEROR yang dilakukan oleh orang tak dikenal (OTK), yang membakar rumah hakim adhoc tipikor PN Medan,...

Read more
Buah Pikir

Tiga Harajaon Sitanggang, Naibaho, dan Simbolon jadi penopang tata adat Sitolu Hae Horbo

by Ingot Simangunsong
5 November 2025 | 17:21 WIB
0

Oleh | Hatoguan Sitanggang PADA masa kejayaan pemerintahan tradisional Batak, sistem Sitolu Hae Horbo menjadi fondasi utama dalam mengatur kehidupan...

Read more
Buah Pikir

Situs Paromasan jejak keagungan dan spiritualitas leluhur Batak di Pangururan

by Ingot Simangunsong
5 November 2025 | 06:19 WIB
0

Oleh | Hatoguan Sitanggang SELAIN Huta Hariara Sigurdung, Kabupaten Samosir juga menyimpan peninggalan bersejarah lain yang tak kalah penting, yakni...

Read more

Berita Terbaru

Buah Pikir

Tabir Sejarah Pangururan: Pecah belah kaum adat Sitolu Hae Horbo di Era Kolonial

9 November 2025 | 16:11 WIB
News

Generasi muda Aceh berkiprah di Jakarta, Yasir Habib Putra jadi Lurah Cakung Barat

9 November 2025 | 15:24 WIB
News

Antap FC raih gelar juara Bupati Cup III Samosir 2025

9 November 2025 | 13:55 WIB
Buah Pikir

Jejak Registrasi Bius di Pangururan: Warisan administrasi Belanda yang tinggalkan konflik tanah berlarut

9 November 2025 | 10:07 WIB
News

Pesta Wisata Leluhur Raja Silahi Sabungan siap digelar, Dolok Paromasan dipromosikan sebagai destinasi budaya Samosir

8 November 2025 | 14:49 WIB
News

Ditpolairud Polda Aceh ungkap penyelewengan pupuk bersubsidi, satu pelaku diamankan

8 November 2025 | 11:11 WIB
Buah Pikir

Samosir dalam Arus Sejarah Kelam: Perbudakan, Rodi, dan Perlawanan Rakyat Batak

8 November 2025 | 10:40 WIB
News

Silaturahmi Pangdam IM dengan Forkopimda Aceh Utara dan Lhokseumawe perkuat sinergi daerah

7 November 2025 | 21:02 WIB
News

Kapolda Aceh tekankan keseimbangan penegakan hukum dan edukasi dalam penanganan lalu lintas

7 November 2025 | 20:39 WIB
News

Rotasi pejabat Polres Aceh Tamiang, Kapolres tekankan profesionalisme kinerja

7 November 2025 | 17:13 WIB
News

Pemkab Samosir berangkatkan tokoh lintas agama laksanakan ibadah ke tanah suci

7 November 2025 | 16:58 WIB
News

Rumah hakim penangani kasus korupsi Rp231,8 miliar hangus, polisi selidiki penyebab

7 November 2025 | 09:15 WIB
  • Kebijakan Privasi
  • Kontak
  • Saran Pembaca
  • Syarat dan Ketentuan
  • Tentang Segaris.co

©2022-2024 Segaris.co

rotasi barak berita hari ini samosir sinata berita

No Result
View All Result
  • PENDIDIKAN
  • KESEHATAN
  • PROFIL
  • News
  • SEREMONI
  • Kolom
  • Buah Pikir

©2022-2024 Segaris.co

rotasi barak berita hari ini samosir sinata berita