Catatan | Ingot Simangunsong
BEBERAPA faktor yang mendorong peningkatan popularitas pemasangan implan gigi:
Kemajuan teknologi kedokteran gigi: Misalnya di RS Pondok Indah disebut penggunaan teknologi “Waterlase” (laser + air) untuk prosedur implan agar lebih presisi dan meminimalkan trauma jaringan.
Estetika dan fungsi: Kehilangan gigi secara nyata mengganggu fungsi mengunyah, berbicara, dan juga estetika (penampilan). Implan menawarkan solusi yang lebih permanen dan “mirip gigi asli”.
Media sosial & influencer: Ada banyak unggahan Instagram/Reel yang menampilkan “sebelum-sesudah implan gigi”, yang membuat orang lebih aware dan tertarik.
Meningkatnya standar hidup dan keinginan untuk “upgrade” kesehatan gigi sebagai bagian dari penampilan.
Klinik gigi mulai menawarkan paket implan yang “lebih mudah diakses”, sehingga menjadi lebih banyak dibicarakan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan/risiko
Walaupun tampak menarik, ada beberapa aspek penting supaya Anda tidak terjebak ekspektasi yang terlalu optimis:
Bukan prosedur ringan: Implan gigi biasanya melibatkan operasi (menanam sekrup ke tulang rahang), bukan hanya pemasangan mahkota biasa. Prosedur perlu direncanakan dengan baik (kualitas tulang, kesehatan gusi, rontgen/CBCT).
Biaya yang tinggi & variabilitas besar: Karena implan melibatkan banyak faktor (bahan, merek implan, dokter, lokasi klinik) maka biayanya bisa sangat berbeda. Viral tak selalu berarti murah.
Hasil tak instan: Meskipun pemasaran bisa menunjukkan hasil “sekejap”, kenyataannya proses osseointegrasi (penyatuan implan dengan tulang) butuh waktu, dan ada masa penyembuhan.
Risiko komplikasi: Termasuk infeksi, implan gagal melekat (osseointegrasi gagal), kerusakan saraf, atau tulang rahang yang kurang mendukung.
Pemasaran bisa berlebihan: Karena viral, ada klinik yang mungkin menonjolkan “tanpa bedah” atau “langsung pulang bisa makan” secara sangat optimis— padahal realitasnya bisa berbeda. Contoh: video “Implan gigi tanpa bedah*” di YouTube.
Kondisi pasien penting: Tidak semua orang cocok untuk implan – misalnya jika tulang rahang tipis, gusi bermasalah, atau ada penyakit sistemik yang menghambat penyembuhan.
Tips sebelum memutuskan pemasangan implan
Berikut beberapa hal yang baik Anda cek atau lakukan sebelum memilih implan:
Konsultasi dengan dokter spesialis implantologi atau bedah mulut — pastikan dokter punya pengalaman melakukan implan.
Lakukan pemeriksaan lengkap (termasuk foto rontgen atau CBCT) untuk mengevaluasi kondisi tulang rahang dan gusi.
Tanyakan merek implan yang digunakan (tipe sekrup, bahan titanium/zirconia, garansi klinik).
Diskusikan biaya total: pemasangan implan + mahkota + kontrol pasca operasi + potensi tambahan (jika perlu bone graft/tambal tulang).
Pastikan klinik menjelaskan risiko, waktu pemulihan, apa yang boleh dan tidak boleh setelah tindakan, bagaimana perawatan setelahnya.
Jaga kebersihan mulut dan hindari faktor risiko seperti merokok agar implan lebih berhasil.
Jangan terburu-buru karena “viral” saja — lihat juga minimal 5-10 tahun hasil nyata dari pasien di klinik tersebut jika memungkinkan.
Pemasangan implan gigi kini memang naik daun di Indonesia: karena teknologi makin baik, kampanye estetika makin kuat, dan media sosial mempercepat “trend”.
Namun, viral tak selalu berarti cocok untuk semua orang atau bebas risiko. Keputusan harus didasarkan pada kondisi medis, konsultasi profesional, dan pemahaman yang realistis. [rangkuman dari berbagai sumber/***]
Penulis, Ingot Simangunsong, Pimpinan Redaksi Mediaonline Segaris.co