[Penyakit ini menjadi trending, karena dikaitkan adanya dugaan diderita mantan Presiden RI, Joko Widodo. Walau konfirmasinya belum akurat, namun menjadi menarik untuk menyampaikan tentang penyakit langka tersebut]
catatan | andreas bresman ms
SINDROM Stevens-Johnson (SJS) adalah kondisi medis langka namun sangat serius yang menyerang kulit dan selaput lendir, seperti mulut, mata, dan alat kelamin. Meski jarang terjadi, SJS bisa berdampak fatal jika tidak ditangani dengan cepat dan tepat.
Apa itu SJS?
SJS pertama kali dikenal pada tahun 1922 oleh dua dokter anak asal Amerika Serikat, Dr. Albert Stevens dan Dr. Frank Johnson, saat mereka menangani dua anak dengan gejala ruam parah disertai luka di mulut dan mata. Sejak itulah, kondisi ini dikenal sebagai Stevens-Johnson Syndrome.
SJS terjadi karena reaksi berlebihan sistem kekebalan tubuh, biasanya terhadap obat-obatan tertentu atau infeksi, sehingga menyebabkan kerusakan serius pada lapisan kulit dan jaringan tubuh.
Penyebab utama
Beberapa obat-obatan umum yang dapat memicu SJS antara lain: Antibiotik (seperti sulfonamida), Obat epilepsi (karbamazepin, lamotrigin), Obat asam urat (alopurinol), dan Obat nyeri (NSAID seperti ibuprofen).
Pada anak-anak, penyebab lainnya bisa berasal dari infeksi virus atau bakteri, seperti Mycoplasma pneumoniae.
Gejala yang harus diwaspadai
Gejala awal mirip flu, namun memburuk dengan cepat: Demam tinggi, Nyeri tenggorokan dan mulut, Mata merah dan terasa perih, Ruam merah yang menyebar lalu melepuh, Luka menyakitkan di bibir, mulut, alat kelamin, bahkan mata.
Jika ruam menyebar dan kulit mulai terkelupas seperti luka bakar, segera cari perawatan medis darurat.
Penanganan dan pengobatan
Pasien dengan SJS biasanya dirawat di unit luka bakar atau ICU karena kondisi ini memerlukan penanganan intensif, antara lain: Menghentikan obat penyebab, Terapi cairan dan nutrisi, Perawatan luka kulit, Obat pereda nyeri dan anti-inflamasi,.Perawatan mata khusus jika mata terkena.
Fakta dan angka
SJS hanya terjadi sekitar 1 hingga 6 kasus per 1 juta orang setiap tahun.
Risiko kematian bisa mencapai 10% untuk SJS dan hingga 50% untuk bentuk lebih parah (TEN).
Beberapa orang Asia Tenggara memiliki genetik tertentu (HLA-B*1502) yang meningkatkan risiko terkena SJS akibat obat epilepsi.
Pencegahan
Hindari penggunaan obat sembarangan.
Beritahu dokter jika punya riwayat alergi obat, terutama antibiotik atau obat kejang.
Pemeriksaan genetik kini tersedia untuk orang-orang dengan risiko tinggi sebelum memakai obat-obat tertentu.
Kesimpulan
Meskipun langka, Sindrom Stevens-Johnson adalah kondisi gawat darurat medis. Deteksi dini dan penanganan yang tepat dapat menyelamatkan nyawa dan mencegah kerusakan permanen, seperti kebutaan atau komplikasi organ lainnya.
Jika Anda atau keluarga mengalami gejala yang mencurigakan setelah mengonsumsi obat, jangan tunda pergi ke rumah sakit. Dalam kasus SJS, kecepatan menyelamatkan kehidupan.
Penulis, anggota redaksi mediaonline Segaris.co, berdomisili di Kota Pematangsiantar