Oleh | Hatoguan Sitanggang
BUDAYA menanam padi dengan ritual membuat persembahan Nitak Gapur di areal persawahan merupakan salah satu warisan luhur para leluhur Batak.
Dahulu, tradisi ini dilakukan sebelum lahan digarap, sebagai bentuk penghormatan terhadap alam sekitar.
Persembahan itu dimaksudkan agar tanaman yang disemai tumbuh subur, terlindung dari hama, dan menghasilkan panen yang melimpah.
Bagi para leluhur, Nitak Gapur bukan sekadar ritual, melainkan wujud rasa syukur dan doa kepada alam yang dianggap sebagai bagian dari kehidupan manusia.
Alam dijaga, dihormati, dan diajak “berdialog” agar senantiasa memberikan berkah bagi manusia yang menggantungkan hidup darinya.
Kini, tradisi ini nyaris hilang, tergerus oleh perubahan zaman dan masuknya berbagai pengaruh budaya serta kepercayaan baru.
Generasi muda Batak banyak yang tidak lagi mengenal nilai-nilai filosofis di balik tradisi tersebut. Padahal, jika dipahami lebih dalam, esensinya tidak bertentangan dengan keyakinan modern, karena pada dasarnya mengajarkan rasa hormat terhadap sesama dan alam semesta.
Selain Nitak Gapur, banyak pula tradisi leluhur Batak yang sarat makna dan layak dilestarikan—seperti Budaya Tokka, Unang, dan Marsatabbi.
Semua tradisi itu menekankan nilai saling menghormati dan menjaga keharmonisan sosial. Dengan menjaga nilai-nilai tersebut, hubungan antara masyarakat lokal dan pendatang akan tetap harmonis, serta menumbuhkan rasa kekeluargaan yang hangat.
Sebagai daerah destinasi wisata internasional, Samosir memiliki tanggung jawab moral untuk menggali kembali dan melestarikan budaya leluhur yang mulai terlupakan.
Budaya bukan sekadar simbol masa lalu, tetapi fondasi moral yang menjaga identitas masyarakat Batak agar tidak hilang di tengah arus modernisasi.
Danau Toba, yang kini diakui sebagai salah satu warisan dunia, memiliki makna sakral bagi masyarakat sekitarnya.
Keasrian dan kebersihan danau bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tetapi juga seluruh penduduk dan pengunjung.
Danau Toba adalah titipan Mulajadi Nabolon, yang harus dijaga agar tetap menjadi kebanggaan bangsa Indonesia dan warisan dunia yang hidup bagi generasi mendatang.
Penulis, Hatoguan Sitanggang, adalah Raja Jolo Keturunan Raja Sitempang [Raja Jolo Anak tertua dari Garis keturunannya]
Keterangan foto
Lesung tempat membuat Nitak Gapur







