Segaris.co
Jumat, 19 Desember 2025
No Result
View All Result
No Result
View All Result
  • PENDIDIKAN
  • KESEHATAN
  • PROFIL
  • News
  • SEREMONI
  • Kolom
  • Buah Pikir
Segaris.co
No Result
View All Result
Segaris.co
No Result
View All Result
  • PENDIDIKAN
  • KESEHATAN
  • PROFIL
  • News
  • SEREMONI
  • Kolom
  • Buah Pikir
Home Buah Pikir
Tito Gatsu

Tito Gatsu

Jokowi dan kedaulatan rakyat menjadi anti political mainstream di Indonesia (2)

Ingot Simangunsong by Ingot Simangunsong
12 Februari 2022 | 05:58 WIB
in Buah Pikir
ADVERTISEMENT

Oleh | Tito Gatsu

 

Pancasila yang diselewengkan

Seorang yang tidak pancasilais versi Orde Baru bisa diartikan tak sepaham dengan pemerintah saat itu, tak akan bisa menjadi apa-apa bahkan bisa dicap PKI dan subversive, yang artinya penjara dan represi harus dihadapi.

Dari mulai bangku sekolah, masuk perguruan tinggi hingga mendapatkan pekerjaan, kita terus dicekoki dengan program itu (penataran P4) secara bertahap bahkan di setiap prajabatan ketika seseorang akan menghadapi posisi baru di tempat pekerjaannya .

Padahal isinyapun hanya doktrin anti komunis agar patuh kepada penguasa, menelan bulat-bulat sejarah yang dibuat pemerintah, menerima bahwa politik yang terbaik adalah demokrasi pancasila. Komunisme adalah ajaran anti Tuhan dan haram hukumnya serta cerita tentang PKI yang melakukan pengkhianatan kepada Pancasila dan Pak Harto muncul sebagai penyelamat Negara dalam semua hal dan sebagainya.

Pembatasan kebebasan berpikir

Buku-buku mengenai politik bahkan roman saja disortir karena bisa mempengaruhi cara berpikir masyarakat. Buku karya satrawan kiri seperti “Bumi Manusia” karya Pramudya Ananta Toer yang baru-baru ini difilmkan, dilarang dan tak sedikit media yang dibredel bila beritanya dianggap mengganggu stabilitas Nasional.

Itu karena doktrin yang sekian lama ditanamkan Orde Baru menjadi satu-satunya doktrin yang benar dan satu-satunya ideologi dan menganggap faham yang lain salah.

Jika kita punya pemikiran yang menyinggung ideologi nasionalis yang lain, misalnya ideologi sosial atau kekaguman kepada nasionalisme Sukarno, jangan heran bila langsung diserang dengan cap PKI.

Lahirnya fasisme berkedok Islam

Setelah kejatuhan Soeharto pada tahun 1998 , slogan anti komunis sudah tidak relevan lagi, karena Uni Soviet sudah lama bubar dan perang dingin antara AS-Soviet sudah selesai.

Apalagi China sudah mulai berubah menjadi negara kapitalis, para generasi penerus Soeharto pun berusaha mempertahankan kekuasaan dengan sistim politik yang berbeda menjadi sebuah negara demokrasi.

Kemudian upaya-upaya melindungi sisa-sisa kekuasaan pun dilakukan, karena mereka butuh ideologi untuk bisa mengawal, agar kejatuhan Suharto tidak menimbulkan revolusi. Maka dibentuklah Pam Swakarsa yang dimotori oleh Rizieq Shihab seorang yang punya kemampuan untuk memobilisasi masa terutama masa Islam di luar NU dan Muhammadiyah.

Pada saat Itu Muhammadiyah relatif pro Orba karena dipimpin Amien Rais yang dekat dengan Soeharto pada periode 1990 -1993 bahkan Soeharto memberikan sambutan ketika Amien Rais terpilih kedua kalinya memimpin Muhammadiyah yang kemudian dilanjutkan Dien Samsudin Mantan politikus Partai Golkar.

Ketika Amien Rais mendirikan PAN, maka slogan anti komunis pun berubah ke slogan Islam karena setiap usaha yang melampaui undang-undang selalu membutuhkan alasan. Misalnya pada saat Seoharto membubarkan PKI dan menggulingkan Soekarno, dimunculkan sentiman anti komunis.

Begitu pula alasan untuk menyerang lawan politik yang sedang mulai bangkit kembali yaitu nasionalisme Sukarno melalui PDI-Perjuangan, sangat pas dilawan dengan fasisme Islam.

Menggunakan dalil-dalil Islam

Fasisme Islam bukan mengajarkan Islam secara benar, tapi mereka menggunakan dalil-dalil Islam sebagai alat pembenaran apa pun tindakan mereka. Misalnya menyerang lawan politik dan pihak yang bisa dianggap musuh mereka, menggalang dukungan secara homogen atau kesamaan identitas. Kemudian melakukan intimidasi dengan mendeklarasikan diri bahwa mereka adalah kebenaran dan yang lain salah, kemudian dianggap musuh.

Situasi ini membuat Front Pembela Islam (FPI) pimpinan Rizieq Shihab mulai bersinar karena selalu menjadi mitra militer untuk menghadapi gerakan mahasiswa dan mengamankan Partai Golkar.

FPI sebagai pembela dosa-dosa Soeharto

Pada saat tahun 1998, tuntutan rakyat yang paling deras adalah mengajukan tuntutan untuk mengadili Soeharto dan keluarganya serta pembubaran Partai Golkar.

FPI yang dibeking TNI sukses menjadi ormas Islam militan hingga berhadapan dengan mahasiswa karena TNI pada saat itu yang masih pro Orde Baru membutuhkan proxy untuk menghadapi aksi masa.

Hal tersebut menjadi sorotan Dunia Internasional dimana Indonesia sangat membutuhkan dukungan hutang dari IGGI dan IMF untuk mengatasi krisis terlebih isyu HAM menyangkut Peristiwa Gereja St Cruze di Timor Leste, peristiwa pembantaian 1965 dan Kerusuhan Mei 1998 menguat kembali .

Sebenarnya tujuan FPI menjadi Pam Swakarsa saat itu adalah mengawal agar keluarga Soeharto aman dari gejolak massa dan tuntutan untuk dihukum serta mengamankan Sidang Istimewa yang dirasakan oleh mahasiswa tidak sesuai dengan aspirasi mereka.

Akhirnya hasil Sidang Istimewa MPR memang banyak yang menghasilkan kekuatan generasi penerus Orde Baru tetap berkiprah di parlemen sehingga politik dagang sapi atau politik transaksional terbukti terus berjalan hingga hari ini dan kedaulatan di tangan rakyat terus dimanipulasi.

Puncaknya adalah ketika Pilpres tahun 2014, mencapai klimaks pada Pilkada DKI 2017 dan Pilpres 2019.

Di sini kita bisa melihat korelasi antara para politisi produk orde baru dengan FPI selalu seiring sejalan, apalagi ketika Jokowi muncul menjadi Presiden karena ada dua hal yang tidak disukai mereka terhadap Jokowi, pertama karena yang mengusung PDI-Perjuangan, dan kedua tidak mau diatur oleh politik transaksional. (***)

Tags: DosaDosa-dosaFasismeFPIFrontIslamMainstreamPancasilaPembelaPolitical MainstreamSoeharto
ShareTweetSendShareSharePinSend
ADVERTISEMENT

Berita Lainnya

Buah Pikir

Presiden Prabowo boneka Jokowi?

by Ingot Simangunsong
18 Desember 2025 | 00:29 WIB
0

Oleh | @sabartambunan63_ HAMPIR semua netizen yang peduli politik, percaya bahwa Prabowo adalah bonekanya Jokowi. Iya apa iya??!! Jauh-jauh hari,...

Read more
Buah Pikir

Sejarah Tambak Paromasan dan fenomena penggarap yang tidak beretika

by Ingot Simangunsong
7 Desember 2025 | 19:03 WIB
0

Oleh | Hatoguan Sitanggang TAMBAK Paromasan merupakan salah satu situs sejarah dan cagar budaya yang terletak di antara Desa Lumban...

Read more
Buah Pikir

Belajar mencintai Palestina di PDI Perjuangan, Ara wujudkan cinta melalui Panitia Natal Nasional 2025

by Ingot Simangunsong
29 November 2025 | 17:41 WIB
0

Oleh | Sutrisno Pangaribuan KONFERENSI Waligereja Indonesia (KWI) dan Persekutuan Gereja- gereja di Indonesia (PGI) akan menggeelar perayaan Natal nasional...

Read more
Buah Pikir

Rekam jejak Si Raja Batak

by Ingot Simangunsong
28 November 2025 | 08:46 WIB
0

Oleh  | Hatoguan Sitanggang MENURUT tuturan para tetua Batak, Si Raja Batak (Sori Mangaraja ke-12) melakukan perjalanan sakral menuju Gunung...

Read more
Buah Pikir

Bencana alam Sumut memenuhi status keadaan darurat bencana nasional

by Ingot Simangunsong
27 November 2025 | 20:21 WIB
0

Oleh | Sutrisno Pangaribuan BERDASARKAN keadaan darurat, bencana alam yang terjadi merata di seluruh daerah kabupaten/ kota di Provinsi Sumatera Utara...

Read more
Buah Pikir

Jangan bahas tarombo atau silsilah marga

by Ingot Simangunsong
27 November 2025 | 19:34 WIB
0

Oleh | Hatoguan Sitanggang JANGAN membahas tarombo atau silsilah marga yang tidak diteliti secara ilmiah. Tanpa penelitian para ahli, pembahasan...

Read more

Berita Terbaru

News

Wabup Samosir resmikan Museum Pusaka Batak Toba di Pangururan

19 Desember 2025 | 13:07 WIB
News

Tunggakan pajak kendaraan di Samosir capai 25 ribu unit, Pemkab imbau manfaatkan program pemutihan

19 Desember 2025 | 12:55 WIB
News

Desa Hutapea Banuarea dan Aek Nauli IV harumkan Tapanuli Utara di Jambore Kader Posyandu Sumut

18 Desember 2025 | 14:01 WIB
Buah Pikir

Presiden Prabowo boneka Jokowi?

18 Desember 2025 | 00:29 WIB
News

Di kegiatan KWRI, Pemko Pematangsiantar dorong profesionalisme pers di era digital

17 Desember 2025 | 22:28 WIB
News

Pemkab Samosir perkuat koordinasi TPID jelang Natal 2025 dan Tahun Baru 2026

17 Desember 2025 | 08:26 WIB
News

Bupati Taput dorong peran pers sebagai mitra strategis pembangunan

17 Desember 2025 | 06:42 WIB
News

Dosen dan Mahasiswa Universitas Quality Medan kenalkan dunia kerja sejak dini kepada siswa SD

15 Desember 2025 | 22:48 WIB
News

Natal bukan hanya tentang menerima, tapi tentang memberi

15 Desember 2025 | 20:09 WIB
News

Gebyar PORPI 2025 Pematangsiantar dinilai efektif memasyarakatkan olahraga pernapasan

15 Desember 2025 | 09:23 WIB
News

Ribuan keturunan Op Tuan Situmorang Tapanuli Utara rayakan Natal di Tarutung

15 Desember 2025 | 01:27 WIB
News

Ketua ASKINDO Langkat apresiasi terpilihnya Akhmad Zuhri Addin sebagai Ketua Umum DPN

14 Desember 2025 | 14:05 WIB
  • Kebijakan Privasi
  • Kontak
  • Saran Pembaca
  • Syarat dan Ketentuan
  • Tentang Segaris.co

©2022-2024 Segaris.co

rotasi barak berita hari ini samosir sinata berita

No Result
View All Result
  • PENDIDIKAN
  • KESEHATAN
  • PROFIL
  • News
  • SEREMONI
  • Kolom
  • Buah Pikir

©2022-2024 Segaris.co

rotasi barak berita hari ini samosir sinata berita