SAMOSIR – SEGARIS.CO — Pemerintah Kabupaten Samosir mengambil langkah cepat menyikapi fenomena kekeruhan air Danau Toba yang belakangan meresahkan masyarakat dan diduga menjadi penyebab matinya sejumlah ikan.
Bupati Samosir, Vandiko T. Gultom, menggandeng akademisi dari Universitas Sumatera Utara (USU) untuk melakukan penelitian ilmiah terkait fenomena tersebut.
“Pemkab Samosir bersama tim akademisi USU telah memulai pengambilan sampel air sebagai langkah awal kajian ilmiah terhadap kondisi alam yang terjadi di wilayah Danau Toba, khususnya di sekitar Samosir,” ujar Vandiko saat meninjau lokasi pengambilan sampel, Rabu (24/7).
Vandiko menyampaikan harapannya agar hasil uji laboratorium dapat segera rampung, sehingga pemerintah daerah dapat mengambil kebijakan yang tepat dalam penanganan lanjutan.
“Kami mohon masyarakat bersabar. Setelah hasil laboratorium keluar, Pemkab Samosir akan menindaklanjutinya dengan langkah-langkah penanganan yang maksimal,” tegasnya.
Pengambilan sampel dilakukan di sejumlah titik, termasuk kawasan Water Front Pangururan dan perairan Sibeabea. Tim peneliti dari USU, yang dipimpin Prof. Ternala Alexander Barus, seorang ahli limnologi, mengungkapkan bahwa kekeruhan air kemungkinan besar disebabkan fenomena perputaran massa air (upwelling) yang dipicu oleh angin kencang.
“Perputaran ini menyebabkan endapan di dasar danau naik ke permukaan. Di dasar danau telah terjadi pembusukan yang menghasilkan senyawa seperti amoniak, hidrogen sulfida (H₂S), dan belerang yang bersifat toksik. Ketika senyawa ini naik, bisa menyebabkan kadar oksigen di air turun drastis, bahkan di bawah 2 mg/liter, padahal normalnya di atas 4 mg/liter. Hal ini yang bisa memicu kematian ikan,” jelas Prof. Ternala.
Sampel air yang telah dikumpulkan kini sedang dianalisis di laboratorium USU. Hasil kajian tersebut akan menjadi dasar ilmiah bagi pemerintah daerah dalam menentukan langkah strategis menghadapi fenomena alam yang terjadi di Danau Toba. [Hatoguan Sitanggang/***]