Oleh | Hatoguan Sitanggang
SITUS-SITUS peninggalan Raja Sitempang memiliki nilai sejarah penting bagi masyarakat Samosir, khususnya bagi keturunannya yang masih menetap hingga saat ini. Sejumlah peninggalan tersebut tidak hanya menyimpan fakta sejarah, tetapi juga menjadi bukti nyata jejak perjalanan awal perkampungan tua di kawasan Danau Toba.
Salah satu situs yang paling dikenal adalah Hariara Sigurdung, yang diyakini sebagai lokasi pemakaman Raja Sitempang I. Di bawah pohon besar tersebut, menurut kepercayaan masyarakat setempat, tersimpan tulang belulang sang raja sebagai simbol awal terbentuknya perkampungan dan garis keturunan Sitempang.
Selain Hariara Sigurdung, terdapat pula situs Bukit Paromasan, Batu Parhombanan, Aek Tolong, serta Batu Pangulu Balang. Setiap situs memiliki fungsi dan makna tersendiri dalam sejarah perkembangan Lumban Pinggol, Kecamatan Pangururan. Hingga kini, seluruh situs tersebut masih terjaga dan menjadi destinasi wisata sejarah serta pusat pembelajaran budaya Batak.
Dalam tradisi lisan yang diwariskan turun-temurun, Batu Parhombanan disebut sebagai tempat penyimpanan harta sekaligus lokasi pelaksanaan ritual pemujaan kepada Mulajadi Nabolon.
Sementara itu, Batu Pangulu Balang dipercayai sebagai penjaga kampung dari ancaman luar. Dalam penjelasan adat Batak, Pangulu Balang merujuk pada sosok manusia ahli perbintangan, sedangkan Batu Pangulu Balang adalah batu keramat yang diyakini memiliki kekuatan spiritual untuk melindungi permukiman.
Aek Tolong atau Air Pertolongan juga menjadi elemen penting dalam kehidupan masyarakat setempat. Sumber air tersebut dipandang tidak hanya sebagai pemenuh kebutuhan sehari-hari, melainkan juga sebagai pemberi berkah dan keseimbangan alam bagi lingkungan sekitar.
Keberadaan seluruh situs ini menunjukkan bahwa sejarah dan warisan Raja Sitempang I masih nyata dan dapat disaksikan hingga kini. Peninggalan tersebut menjadi simbol kebijaksanaan dan spiritualitas masyarakat Batak yang memiliki nilai penting untuk dilestarikan.
Oleh karena itu, pelestarian situs-situs budaya ini dinilai perlu mendapat perhatian lebih, baik dari masyarakat, pemerhati budaya, maupun lembaga terkait, sebagai upaya menjaga warisan sejarah dan identitas budaya Batak di Tanah Samosir.
Penulis, Hatoguan Sitanggang, gelar Raja Jolo Keturunan Raja Sitempang (Raja Jolo anak tertua dari garis keturunannya.)










