Segaris.co
Rabu, 28 Mei 2025
No Result
View All Result
No Result
View All Result
  • PENDIDIKAN
  • KESEHATAN
  • PROFIL
  • News
  • SEREMONI
  • Kolom
  • Buah Pikir
Segaris.co
No Result
View All Result
Segaris.co
No Result
View All Result
  • PENDIDIKAN
  • KESEHATAN
  • PROFIL
  • News
  • SEREMONI
  • Kolom
  • Buah Pikir
Home GORESAN

jalan yang HARUS dijalani demi KAKEK

Ingot Simangunsong by Ingot Simangunsong
25 April 2024 | 23:11 WIB
in GORESAN

goresan | ingot simangunsong

AKU pikir jalan sudah tidak terjal. Sudah bisalah sedikit atur nafas, dan agak santai mengatur langkah. Setidaknya, agak berkuranglah rasa pegal-pegal di otot paha dan betis.

TERNYATA, dari jalan mendaki yang jarak tempuhnya 10 kilometer, kini harus memasuki jalan menurun yang di depanku hampir keseluruhannya, hamparan ilalang. Hanya ada beberapa pepohonan kecil.

AKU harus lebih ekstra hati-hati, menyusuri jalan menurun, butuh jaga keseimbangan tubuh. Jika tidak, risikonya ya tersungkur dan boleh jadi jatuh terguling. Apalagi, di kiri-kanan sepanjang jalan, yang dapat dijadikan pegangan, ya hanya ilalang.

Kontroversi dana bantuan: PWI diminta kembalikan Rp 1,7 miliar, Hendry Bangun dapat teguran keras

AKU melirik ke arah Gayus, yang tersenyum.

“Mari hadapi tantangan kedua. Berapa berat badanmu, brother,” tanya Gayus.

“80 kilo..,” jawabku.

“Kalau begitu kau di depan dan aku mengikutimu. Jika kau di belakangku, ketika keseimbanganmu terganggu, dan terjungkal, maka saat kau menggelinding akan menghantam tubuhku,” kata Gayus.

KALAU itu terjadi, dan aku menimpah tubuhnya yang ceking, Gayus bakalan remuk. Yakh, aku pun mengatur posisi di depan.

Aku mulai melangkah. Gayus menyusul dari belakang. Tentu, kami harus lebih hati-hati. dibanding saat jalan menanjak.

Jika tidak karena pesan kakekku yang sedang sekarat, yang meminta aku harus pergi ke kampung halamannya [tempat asal nenek moyang kami], tak akan kulakukan perjalanan ini.

Ada saja permintaan kakekku. Karena, sudah tidak memungkinkan lagi fisiknya bergerak ke kampung halaman, kakek memintaku ke sana untuk mengabadikan [memotret dan memvideokan] rumah peninggalan nenek moyang kami.

HANYA untuk itu saja. Kata kakek, kalau sudah dilihatnya rumah kenangan tersebut, walau hanya sebatas foto atau video, maka akan legalah hatinya untuk segera menghadap ke SANG KHALIKnya.

“Kalau sudah kulihat rumah kenangan itu, walau dalam bentuk foto atau video sekali pun, aku siap untuk memenuhi panggilan pulang dari Sang Khalik,” kata kakek.

ADA-ada saja. Herannya dan tidak berjawab, kenapa kakek memilih aku untuk mengabadikan rumah kenangan itu. Padahal ada 30 cucu dan 15 cicitnya yang mampu melakukannya.

“Kemarin, kakekmu bilang, berapa kilometer jalan turunan ini, baru kita sampai ke perkampungan,” tanya Gayus.

“Lima kilometer..,” jawabku.

*****

SENGAT terik matahari, sudah tepat di ubun-ubun kepala. Pukul 12.00 WIB. Sudah cukup jauh penyusuran jalan dari titik kami bergerak tadi.

AKU dan Gayus berhenti sejenak. Berselonjor meluruskan kedua kaki. Biar agar rileks, sembari minum dan makan camilan.

Kakek bercerita bahwa perkampungan nenek moyang kami itu, berada di Ngarai, bentang alam yang menyerupai lembah yang memiliki sisi (tebing) yang hampir tegak lurus dengan permukaan tanah. Keadaan tebing pada ngarai ini sangat curam. Ngarai dapat terbentuk dari lembah yang terus menerus terkikis air.

Di perkampungan itu, hanya terdapat 5 rumah yang sudah berusia ratusan tahun. Kelima rumah panggung itu, tiang-tiang penyangga dan dindingnya, terbuat dari bahan kayu damar dengan atap ijuk.

Ini untuk pertamakalinya, aku ke kampung halaman nenek moyangku. Bapak dan adik-adikku saja belum pernah berkunjung. Andaikan ikut, bisa-bisa menangis mereka menyusuri medan yang menantang ini. Tajam juga naluri kakek untuk menjatuhkan pilihan kepadaku.

Kami mulai mendengar ada suara desiran air yang sepertinya jatuh dari ketinggian.

“Seperti suara air terjun,” ucap Gayus setengah teriakan. Aku hanya mengangguk.

Sejauh mata memandang, aku melihat ada gapura yang menyerupai pintu gerbang masuk ke perkampungan. Sepertinya, kami bakalan sampai.

Saat melewati gapura, mata kami menangkap hamparan persawahan yang cukup luas. Padi sudah mulai menguning. Kami mulai memasuki jalanan yang datar dan kami ikuti arah jalan untuk mendampatkan titik dimana 5 rumah peninggalan nenek moyang kami.

Ketemu rumah pertama. Menurut kakek, itulah rumah kenangan mereka. Di rumah itu, yang saat ini menempati, adalah keturunan Paman Sukarja.

Lelaki paruh baya sedang berdiri di depan rumah panggung yang demikian kokoh dan besar.

“Assalamualaikum… Pak,” aku menyapa.

“Walaikumsalam…,” jawab lelaki paroh baya itu.

Aku perkenalkan diri dan lelaki paroh baya itu segera memelukku. Kemudian, mengajakku dan Gayus untuk masuk ke rumah.

*****

SETELAH menyampaikan kepada keturunan Paman Sukarja tentang kakek yang sudah berusia 95 tahun, dan menyebut-nyebut akan dipanggil Sang Khalik, aku pun mulai memotret dan rekam video.

Kemudian kucoba melakukan video call dengan kakek dan keluarga, agar mereka dapat melihat bagaimana kondisi perkampungan nenek moyang kami.

Kakek yang paling penting dan terdepan untuk menyaksikan rumah tua, dimana dia pernah menikmati hidup dan kehidupan.

“Terimakasih cucuku… Kutunggu kepulanganmu 3 hari ini. Harus kau yang menyaksikan kepulanganku ke Sang Khalik,” kata kakek.

Aku hanya bisa menggangguk. Amal ibadahnya yang sangat luar biasa itulah, yang boleh jadi dapat mengingatkan kapan waktunya kakek harus pulang menghadap Sang Penciptanya.

Satu hari kemudian, setelah aku sampai di Jakarta dan mendampingi kakek, Sang Khalik benar-benar memanggil kakek.

Rindu kampung halaman nenek moyang, yang disampaikan kakek, adalah pesan moral, agar kami keturunannya tidak melupakan asal-usul.

Setelah pemakaman kakek, kami pun memutuskan untuk berkunjung kembali ke perkampungan nenek moyang, untuk membangun kekerabatan yang lebih dekat dengan keluarga dan suasana kampung halaman nenek moyang.

Kakek mengingatkan kami, bahwa apa yang sudah diraih saat ini, kekayaan dan ketenaran, asal muasalnya adalah Ngarai dimana nenek moyang kami, memulai hidup dan kehidupan yang bertumbuh.

Pematangsiantar, 25 April 2024
penulis goresan, INGOT SIMANGUNSONG, pimpinan redaksi Segaris.co

 

 

 

Tags: JalanKakekNenek MoyangNgaraisegarisSegaris.co
ShareTweetSendShareSharePinSend
ADVERTISEMENT

Berita Lainnya

GORESAN

keputusan si MK, untuk apa ditangisi

by Ingot Simangunsong
23 April 2024 | 09:24 WIB
0

goresan | ingot simangunsong SUDAH pukul 21.30 WIB. Musik hingar-bingar itu, masih ngedentam-ngedentum. Ada 15 pasangan yang kelihatan asyik mengikuti...

Read more
GORESAN

tak SENGET karena SENGAT

by Ingot Simangunsong
21 April 2024 | 11:51 WIB
0

goresan | ingot simangunsong SIANG ini terik matahari, memang tidak begitu menyengat. Tetapi, keringat Inul, deras mengaliri dada bidangnya, bagai...

Read more
GORESAN

Parfum PENAKLUK

by Ingot Simangunsong
19 April 2024 | 18:05 WIB
0

Goresan | ingot simangunsong HUJANNNNN lagi. Ahmad Doli setengah berlari menuju tempat berteduh. Rumah toko yang tak berpenghuni. Magrib. Malam...

Read more
GORESAN

Biarkan saja Tante Yuni pergi

by Ingot Simangunsong
18 April 2024 | 22:24 WIB
0

Goresan | ingot simangunsong MALAM ini hujan lagi. Namun tidak sederas kemarin, yang dibarengi gelegar petir keras dan hembusan angin...

Read more
Ilustrasi
GORESAN

Tumbangnya pangkas Wak Sarman

by Ingot Simangunsong
18 April 2024 | 00:55 WIB
0

Goresan | ingot simangunsong HUJAN derasss!!! Angin kencang. Terdengar suara keras di jalan depan rumah. Seperti ada benda yang terjatuh...

Read more
GORESAN

Haruskah tetap sabar?

by Ingot Simangunsong
31 Januari 2024 | 09:11 WIB
0

Cerita pendek karya | Oki Elzamora Siregar   MEMBERSIHKAN rumah di hari Minggu adalah sudah kebiasaan di keluarga kami. Saling...

Read more

Berita Terbaru

Kolom

Berbudaya politik, politik berbudaya: dua arah menuju demokrasi sehat

28 Mei 2025 | 09:46 WIB
News

Puan Maharani desak Budi Arie klarifikasi tudingan PDIP dalangi isu judi online

28 Mei 2025 | 04:15 WIB
News

Pematangsiantar raih Peringkat 5 Kota Paling Toleran di Indonesia versi IKT 2024

27 Mei 2025 | 21:01 WIB
News

Dasa Sinaga SosPer di Tozai Lama, empat Ibu sampaikan aspirasi perbaikan jalan, tanah wakaf, gedung sosial dan stand budaya

27 Mei 2025 | 19:30 WIB
News

Kader PDI-P laporkan Budi Arie ke Bareskrim atas dugaan fitnah dan penghinaan

27 Mei 2025 | 18:39 WIB
Buah Pikir

Lelaki beranting, ini arti di baliknya

27 Mei 2025 | 03:22 WIB
KESEHATAN

Penyakit Moyamoya: kabut di pembuluh otak

27 Mei 2025 | 03:09 WIB
News

Bupati Langkat buka Raker KONI 2025, tekankan peran strategis olahraga dalam pembangunan daerah

27 Mei 2025 | 02:57 WIB
Kolom

Menata Suara di 2029 melalui JALUR MARSIADAPARI: gagasan Dasa M. Sinaga, SE

24 Mei 2025 | 22:31 WIB
News

Pemko Pematangsiantar dukung diskusi publik PIKI: Bahas masa lalu, kini, dan masa depan kota

24 Mei 2025 | 17:03 WIB
News

Pemkab Samosir raih Opini WTP ke-8 berturut-turut dari BPK RI

24 Mei 2025 | 16:50 WIB
Tak Berkategori

Pemko Pematangsiantar tanam padi serentak, Wali Kota dorong kesejahteraan petani lewat bantuan benih unggul

23 Mei 2025 | 15:07 WIB
  • Kebijakan Privasi
  • Kontak
  • Saran Pembaca
  • Syarat dan Ketentuan
  • Tentang Segaris.co

©2022-2024 Segaris.co

rotasi barak berita hari ini danau toba

No Result
View All Result
  • PENDIDIKAN
  • KESEHATAN
  • PROFIL
  • News
  • SEREMONI
  • Kolom
  • Buah Pikir

©2022-2024 Segaris.co

rotasi barak berita hari ini danau toba