PULUHAN pengungsi Afganistan, mendatangi Gedung DPRD Sumatera Utara (Sumut), Selasa (04/10/2022), meminta perhatian dan dukungan secara politik dari legislator di Sumut.
Namun sayang, menurut Dedi, staf Humas DPRD Sumut, menyampaikan kepada para pengungsi itu kalau tak seorang pun anggota dewan hadir di gedung wakil rakyat itu.
Alasan yang disampaikan Dedi, semua anggota dan pimpinan dewan sedang melaksanakan tugas luar ke berbagai daerah.
Padahal, menurut aturan di DPRD Sumut, setiap harinya ada pembagian tugas piket untuk menerima tamu dewan maupun masyarakat yang datang menyampaikan aspirasinya kepada legislator itu.
Muhammad Juma, koordinator pengungsi, dalam orasinya mengungkapkan bahwa pada tanggal 30 September 2022, sebuah bom telah diledakkan di pusat pendidikan Hazara.
Baca juga :
“Terimakasih Pak Gubernur…” INI yang dilakukan Edy Rahmayadi
“Seratus siswa-siswi telah tewas di Hazara, dan kami berteriak untuk segera menghentikan pembunuhan terhadap etnis Hazara di Afganistan,” pekik Juma, dalam bahasa Afganistan.
Pemuda yang sedikit bisa berbahasa Indonesia itu walau kurang fasih, kepada media mengungkapkan kalau mereka sudah lebih 11 tahun hidup di pengungsian. Namun pembantaian terhadap etnis Hazara, sampai hari ini masih terus terjadi di Afganistan.
“Sudah lebih empat dekade, kami mengalami persekusi dan genosida di Afganistan. Kami pengungsi Afganistan layak mendapatkan kebebasan, kepastian, dan dimukinkan kembali sebab kami manusia juga,” ujarnya dengan mimik memelas.
Baca juga :
4 tahun terkendala pembangunan HKBP Cilegon, Fraksi PDI-P akan buka ruang dialog
Terlihat para pengungsi tersebut datang dengan membawa berbagai poster dan spanduk. Diantranya, “Tolong pemerintah Indonesia. Sudah 10 tahun sejak hak – hak ribuan pengungsi di Indonesia dilanggar. Kami tidak memiliki Hak Asasi Manusia kami disini. Jadi tolong bicarakan dengan UNHCR Indonesia tentang nasib kami atau biarkan kami meninggalkan negara Anda.”
Ada juga poster yang berbunyi, ” Stop menyiksa pengungsi. Selamatkan pengungsi Afganistan.”
Juma meminta kepada media untuk dapat mewartakan penderitaan mereka, pengungsi Afganistan, ke seluruh dunia sebab nasib perjalanan hidup mereka sampai hari ini tidak jelas, walau banyak lembaga internasional di Indonesia, seperti IOM, UNHCR, dan sebagainya.
Aksi mereka terlihat tertib dan rapi. Tak satu potong sampah pun ada terlihat berserakan seusai mereka menyampaikan aspirasinya itu.
Meski terlihat rasa kecewa, dikomandoi Juma, satu persatu para pengungsi itu pergi meninggalkan gedung dewan yang terlihat kokoh nan megah itu, dengan tertib. (Sipa Munthe/***)